CSE

Loading

Rabu, 26 November 2014

Makanan yang dapat mengurangi kecanduan merokok

Banyak orang mengatakan bahwa merokok bisa bermanfaat untuk menghilangkan stress dikala pekerjaan menumpuk atau karena banyak pikiran. Namun, selain dapat merusak kesehatan, merokok ternyata juga bisa menyebabkan ketergantungan. Bahkan ada banyak orang yang karena sudah menjadi perokok sejati, begitu bangun tidur bukannya cuci muka atau olah raga, yang ada adalah malah mencari rokok.
Orang-orang yang sudah mulai sadar akab bahaya rokok pun akhirnya mencari-cari cara bagaimana agar bisa berhenti dari kebiasaan merokok. Berbagai usaha dan cara pun dilakukan, mulai dari berpuasa, rehabilitasi, atau mengganti rokok dengan permen.
Namun tahukah Anda bahwa sebenarnya ada empat jenis menu makanan yang sangat membantu proses penyembuhan dari kecanduan rokok?
Sebuah penelitian tentang para perokok dilakukan oleh Duke University, sebuah universitas di Durham, Amerika Serikat. Hasilnya, diketahui bahwa ada empat menu makanan yang dapat membantu perokok sembuh dari kecanduannya. Makanan tersebut antara lain:
1. Sayuran
Sayuran hijau, seperti brokoli, sangat baik bagi kesehatan jantung dan paru-paru. Zat anti-kankernya melindungi jantung dan paru-paru Anda dari racun asap rokok yang tinggal di dalam tubuh. Zat di dalam brokoli akan mengurangi efek racun nikotin yang perlahan menjalar di tubuh Anda.
Sayuran lain seperti seledri, terong, kacang-kacangan dan mentimun juga sangat baik bagi pecandu rokok. Dengan mengonsumsi sayuran tersebut secara rutin, zat di dalam sayuran sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungan tubuh pada nikotin.
2. Buah-buahan
Mereka yang kecanduan rokok pada umumnya kekurangan vitamin C, hal ini disebabkan karena adanya kandungan nikotin di dalam darah. Nikotin mempengaruhi metabolisme tubuh yang menyebabkan tubuh kita tidak mampu menyimpan vitamin C dengan baik.
Buah-buahan seperti jeruk, lemon, berry-berryan, adalah buah yang kaya akan vitamin C. Perbanyak konsumsi buah-buahan tersebut dan dalam beberapa waktu vitamin C akan mengusir habis nikotin dari tubuh Anda.
3. Aneka Produk Susu
Memang tak banyak yang menyukai rasa susu, namun susu justru sangat baik untuk mendukung program penyembuhan kecanduan rokok ini. Susu ternyata dapat mempengaruhi rasa dari rokok, menjadikannya terasa pahit dan tidak enak. Rasa tidak enak tersebut akan membuat perokok perlahan jera mengonsumsi rokok.
Konsumsi susu sehari dua kali, dengan demikian tanpa Anda sadari rokok yang Anda hisap perlahan berkurang sedikit demi sedikit.
4. Minuman non-karbon
Jauhi softdrink dan perbanyak minum air mineral atau jus buah. Kandungan nutrisi dalam jus buah akan membantu membersihkan racun nikotin di dalam tubuh. Sedangkan softdrink, atau kopi justru membuat tubuh Anda semakin haus pada nikotin.
Nah, sebelum anda terkena efek negatir rokok dan susah untuk menghilangkan kebiasaan merokok, ada baiknya bila mulai dari sekarang anda coba untuk mengurangi porsi rokok anda setiap harinya. Kalau bisa, mulailah berhenti merokok dari sekarang. Jangan sampai terlambat!

Read more: http://www.inicaraku.com/makanan-yang-bisa-menyembuhkan-kita-dari-kecanduan-rokok.html#ixzz3KABzxAPf

Faktor Determinan kejadian stunting

FAKTOR DETERMINAN KEJADIAN STUNTING PADA ANAK BALITA DI WILAYAH ENDEMIK GAKY KOTA PADANG TAHUN 2012
Baca selengkapnya. . .

Jenis bungkusan



Berbagai Jenis Bungkusan dari Daun Pisang

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgM_td2C_I8OZ-8N0U8xe8zc2NrUB9YJV7IOgBPoqwFW0GskBsWXQohoX0DjVe4k_h16oF-feVhcDoHymkopTVyFU3x6ykd6ajs70LJeSfmGy8pXeN6xSYePrK7gNKfmKC5oT1FtzaJzyiN/s200/PINCUK.JPG
PINCUK
Digunakan sebagai pengganti piring atau wadah sate, nasi langgi, nasi liwet, pecel dll.
Harus dipegang karena tidak bisa berdiri sendiri




https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsqqU6jZ00URNtOK5LLJPPj8hmQamqqW-5MOmIzvn1A26og7_ifLmyYXLzy05R-7NpYHe2KxwLs1cy7ujOK6MY6jTvrFav74Ts5I8VrD6SyOqq1uhh3xQqEAQmsn8DRWA1Qa_I2Z94BMwT/s200/PINJUNG.JPG
PINJUNG
Biasanya digunakan utk membungkus penganan atau kue


baca selengkapnya...

Gravimetri



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan yang paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya. Analisis gravimetri adalah analisis kuantitatif berdasarkan berat tetap (berat konstan)-nya. Dalam analisis ini, unsur atau senyawa yang dianalisis dipisahkan dari sejumlah bahan yang dianalisis. Bagian terbesar analisis gravimetri menyangkut perubahan unsur atau gugus dari senyawa yang dianalisis menjadi senyawa lain yang murni dan mantap (stabil), sehingga dapat diketahui beratnya tetapnya. Berat unsur atau gugus yang dianalisis selanjutnya dihitung dari rumus senyawa atau berat atom penyusunnya. 
Tahap pengukuran dalam metode gravimetrik adalah penimbangan. Analitnya secara fisik dipisahkan dari semua komponen lain dari sampel itu maupun dari pelarutnya. Pengendapan merupakan teknik yang paling meluas penggunaannya untuk memisahkan analit dari pengganggu-pengganggunya.
 Zat yang telah diendapkan ini disaring dan dikeringkan serta ditimbang dan diusahakan endapan itu harus semurni mungkin. Untuk memisahkan endapan tersebut maka sangat dibutuhkan pengetahuan dan teknik yang cukup yang wajib dimiliki seorang enginer.
Saat ini sudah semakin luas aplikasinya, misalnya pada penentuan fraksi-fraksi dari minyak bumi, penentuan kadar air dari berbagai produk seperti hasil pertanian, minyak bumi, minyak goreng, dan gas alam, elektrogravimetri, dan thermal gravimetri. Dilihat dari betapa pentingnya analisa gravimetri, maka untuk itu dilakukan percobaan analisa gravimetri ini.


B.  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana menentukan jumlah mol air kristal yang terikat dalam suatu senyawa ?
2. Bagaimana menentukan kadar besi dalam suatu sampel secara gravimetri ?
3. Bagaimana menentukan kadar sulfat dalam sampel sebagai gravimetri ?
C.  Tujuan Percobaan
Tujuan dalam percobaan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menentukan jumlah mol air kristal yang terikat dalam suatu senyawa.
2. Untuk menentukan kadar besi dalam suatu sampel secara gravimetri
3. Untuk menentukan kadar sulfat dalam sampel sebagai gravimetri.









BAB II
Pembahasan
1. Pengertian gravimetri
Gravimetri merupakan salah satu metode analisis kuantitatif suatu zat atau komponen yang telah diketahui dengan cara mengukur berat komponen dalam keadaan murni setelah melalui proses pemisahan. Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsure atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penetuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal kesenyawaan murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti. Metode gravimetrik memakan waktu yang cukup lama, adanya pengotor pada konstituen dapat diuji dan bila perlu faktor-faktor koreksi dapat digunakan (Khopkar, 1990).
2. METODE GRAVIMETRI
Metoda gravimetri adalah suatu metoda analisis secara kuantitatif yang berdasarkan pada prinsip penimbangan. Analisis gravimetri digunakan pada beberapa bidang diantaranya untuk mengetahui suatu spesies senyawa dan kandungan-kandungan unsur tertentu/molekul dari suatu senyawa murni yang diketahui berdasarkan pada perubahan berat. Analisis kandungan air didalam uranium oksida dengan metoda gravimetri (ASTM C-696) menggunakan alat microprocessor oven. Air terserap secara fisika oleh suatu bahan padat danbukan membentuk ikatan kimia dalam suatu bahan dapat dilepaskan lagi dengan cara membentuk uap. Pelepasan air ini sangat tergantung pada suhu dan waktu (Okdayani, 2010).
Sulfat di dalam senyawa organik terdapat sebagai thiophenolsdan thiophenes. Batubara dengan kandungan sulfur tinggi ketika dibakar akan terbentuk sulfur dioksida yang dapat menyebabkan polusi di dalam udara. Ada beberapa metoda analisis sulfat, yaitu pertama metoda gravimetri, sangat tergantung pada konsentrasi Sulfat yang ada dalam larutan, untuk konsentrasi yang kecil akan terbentuk endapan koloid (sangat halus) sehingga endapan yang terbentuk susah dipisahkan (sulit penyaringannya) selain hal di atas waktu pengerjaan dengan gravimetri cukup lama. Kedua, metoda titrimetri, perlakuannya (preparasi dan analisisnya) dilakukan secara konvensional butuh waktu yang lama dan dibutuhkan indikator untuk penentuan end pointnya. Dan ketiga, metoda potensiometri, waktu lebih cepat dibandingkan dengan kedua metoda di atas dan tanpa indikator, caranya sama dengan titrimetri bedanya penentuan titik akhirnya (end point) menggunakan elektroda ion selektif kalsium (Yudhi, 2009).
Karakterisasi kimia-fisik biosorben yang diamati meliputi penentuan keasaman permukaan dengan metode analisis gravimetri, titrasi asam basa, dan spektrofotometri inframerah, dan luas permukaan menggunakan spektrofotometer UV-Vis dengan metode adsorpsi metilen biru. Pemanfaatannya sebagai biosorben Cd2+ dipelajari dari waktu setimbang, isoterm adsorpsi, kapasitas adsorpsi, dan pengaruh pH terhadap kapasitas adsorpsi (Widihati, et al., 2010).
Dalam menentukan keberhasilan metode gravimetri ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu :
1        Proses pemisahan hendaknya cukup sempurna sehingga kuantitas analit yang tak terendapkan secara analitis tak dapat dideteksi (biasanya 0,1 mg atau kurang dalam menentukan penyusunan utama dalam suatu makro)
2        Zat yang ditimbang hendaknya mempunyai susunan yang pasti dan hendaknya murni, atau sangat hampir murni.
Bila tidak akan diperoleh hasil yang galat. Persyaratan yang kedua itu lebih sukar dipenuhi oleh para analis. Galat-galat yang disebabkan faktor-faktor seperti kelarutan endapan umumnya dapat diminimumkan dan jarang menimbulkan galat yang signifikan. Masalahnya mendapatkan endapan murni dan dapat disaring itulah yang menjadi problema utama. Banyak penelitian telah dilakukan mengenai pembentukkan dan sifat-sifat endapan, dan diperoleh cukup banyak pengetahuan yang memungkinkan analis meminimumkan masalah kontaminasi endapan.
Berat unsur dihitung berdasrkan rumus senyawa dan berat atom unsur- unsur yang menyusunnya pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan beberapa cara seperti:
1. Metode Pengendapan
Gravimetri dengan cara pengendapan, analat direaksikan sehingga terjadi suatu pengendapan dan endapan itulah yang ditimbang. Atas dasar cara membentuk endapan, maka gravimetri dibedakan menjadi 2 macam :
(1)  Endapan dibentuk dengan reaksi antara analat dengan sutau pereaksi, endapan biasanya berupa senyawa. Baik kation maupun anion dari analat mungkin diendapkan, bahan pengendapnya anorganik mungkin pula organik. Cara inilah yang biasa disebut dengan gravimetri.
(2)  Endapan dibentuk dengan cara elektrokimia, dengan perkataan lain analat dielektrolisa, sehingga terjadi logam sebagai endapan. Cara ini biasa disebut dengan elektrogravimetri.
Salah satu masalah yang paling sulit dihadapi oleh para analis adalah menggunakan endapan sebagai cara pemisahan dan penentuan gravimetrik adalah memperoleh endapan tersebut dengan tingkat kemurnian yang tinggi. Zat-zat yang normalnya mudah larut dapat diturunkan selama pengendapan zat yang diinginkan dengan suatu proses yang disebut kopresipitasi. Misalnya, bila asam sulfat ditambahkan pada barium klorida yang mengandung sejumlah kecil ion nitrat, endapan barium sulfat yang diperoleh mengandung barium nitrat. Maka dikatakan bahwa nitrat tersebut terkorosipitasi dengan sulfat.
Kontresipitasi merupakan suatu fenomena yang ahli-ahli kimia analitik biasanya coba hindari.kopresipitasi telah digunakan secara luas untuk mengisolasi runut isotop-isotop radio aktif


2. Metode Evolusi
Metode evolusi didasarkan atas penguapan komponen zat uji dengan cara pemanasan. Berarti komponen yang menguap adalah perbedaan dari berat penimbangan zat uji sebelum dan sesudah penguapan.
            Cara yang sederhana ini sering digunakan untuk penetapan kadar air dari zat uji dengan pemanasan pada 105° C sampai 110° C, dan penetapan CO2 dengan pemijaran pada suhu yang lebih tinggi.
            Misalnya, susut pengeringan natrium klorida ditetapkan dengan mengeringkan sejumlah zat uji dalam oven pada 105° C hingga diperoleh bobot tetap. Kadar abu suatu simplisia ditetapkan dengan meng abukan zat uji dalam tanur listrik (mufflefurnance) hingga bobot tetap.
            Dengan metode evolusi juga dimungkinkan untuk menyerap komponen yang menguap (H2O atau CO2) menggunakan penyerap yang cocok. Berat dari komponen yang mnguap adalah pertambahan berat dari penyera

3. Metode Penyaringan
Dengan cara ini komponen zat uji disaring dengan pelarut spesifik. Sari yang diperoleh kemudian diuapkan hingga bobot tetap. Cara ini cocok apabila teknik isolasi sederhana, konsentrasi zat aktif cukup tinggi dan zat aktif yang diperoleh harus murni atau mdah dimurnikan. Contoh penetapan dengan cara ini antara lain penetapan alkaloid atau zat aktif dari sediaan  farmasi preparat galenik, misalnya penetapan kadar Colchicine, Luminal, Natrium.

4. Metode Elektrogravimetri
Metoda ini didasarkan atas pelapisan zat pada sebuah elektroda melalui proses elektrolisa. Berat lapisan yang merupakan komponen zat uji yang ditetapkan adalah selisih dari penimbangan elektroda (kering) sebelum dan setelah elektrolisa.

3.  Analisa Gravimetri
Analisis gravimetri adalah proses isolasi dan pengukuran berat suatu unsur atau senyawa tertentu. Bagian terbesar dari penentuan secara analisis gravimetri meliputi transformasi.unsure atau radikal senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.
Analisis gravimetri dapat berlangsung dengan baik, jika persyaratan berikut dapat terpenuhi:
1.      Komponen yang ditentukan harus dapat mengendap secara sempurna (sisa analit yang tertinggal dalam larutan harus cukup kecil, sehingga dapat diabaikan), endapan yang dihasilkan stabil dan sukar larut.
2. Endapan yang terbentuk harus dapat dipisahkan dengan mudah dari larutan (dengan penyaringan).
3.   Endapan yang ditimbang harus mempunyai susunan stoikiometrik tertentu (dapat diubah menjadi system senyawa tertentu) dan harus bersifat murni atau dapat dimurnikan lebih lanjut.
Dalam analisis gravimetri meliputi beberapa tahap sebagai berikut ;
3        Pelarutan sampel (untuk sampel padat).
4        Pembentukan endapan dengan menambahkan pereaksi pengendap secara berlebih agar semua unsur/senyawa diendapkan oleh pereaksi. Pengendapan dilakukan pada suhu tertentu dan pH tertentu yang merupakan kondisi optimum reaksi pengendapan. Tahap ini merupakan tahap paling penting.
5        Penyaringan endapan.
6        Pencucian endapan, dengan cara menyiram endapan di dalam penyaring dengan larutan tertentu.
7        Pengeringan endapan sampai mencapai berat konstan.
8        Penimbangan endapan.
Beberapa proses yang dapat mengakibatkan pengotoran endapan pada analisis gravimetri antara lain : kopresipitasi (larutan padat, absorpsi, oklusi) dan pos presipitasi.
1.      Kopresipitasi
Dalam arti luas, kopresipitasi adalah ikut mengendapnya dua atau lebih zat pada waktu yang sama.
Hasilnya penambahan larutan perak nitrat ke dalam larutan yang mengandung natrium klorida dan natrium bromida akan menghasilkan endapan AgCl dan AgBr.
Dalam kimia analisis khusunya dalam menyatakan pengotoran suatu endapan, istilah kopresipitasi biasanya digunakan dalam arti yang lebih khusus. Dalam hal ini, diartikan sebagai ikut mengendapnya satu atau lebih zat asing bersama endapan dari komponen zat uji. Padahal zat asing tersebut yang digunakan. Misalnya kalsium sebagian ikut mengendap pada pengendapan besi (III) sebagai hidroksida dengan menetralkan larutan asam hingga pH 4 sampai 5. Pada kondisi yang sama, tanpa besi, kalsium tidak akan mengendap.
2.      Larutan Padat
Dua zat padat larut satu sama lain membentuk larutan padat. Keduanya dapat membentuk kristal campuran dimana zat yang satu berada dalam kisi kristal yang lain. Hal ini biasanya terjadi bila kedua zat tersebut isomorf.
Misalnya ion kromat dan sulfat mempunyai struktur, ukuran, muatan dan konfigurasi elektronik yang serupa, sehingga endapan barium sulfat akan berwarna kuning apabila diendapkan dari larutan yang juga mengandung kromat.
3.      Adsorpsi
Pada permukaan dari partikel endapan, terdapat gugusan aktif yang dapat menarik dan mengikat zat yang sebenarnya tidak dapat mengendap. Tentu saja pengotoran ini bertambah. Oleh karena itu endapan kristal kasar pada analisis gravimetri lebih disukai daripada krisal halus.
Meskipun pengotoran ini mudah dihilangkan dengan pencucian, namun pada endapan yang gelatinous dimana pengotoran ini sering terjadi, pencucian ini jarang berhasil.
4.      Oklusi
Ikut mengendapnya kotoran  yang terperangkap di bagian dalam dari partikel endapan disebut oklusi. Proses ini termasuk juga (dalam arti luas) pembentukan dari larutan padat seperti diuraikan di atas. Akan tetapi istilah ini lebih khusus digunakan untuk oklusi mekanik, termasuk terperangkapnya cairan induk dan ion pada pertumbuhan endapan gelatinous dan pengotoran ini tidak mungkin dihilangkan sama sekali dengan proses pencucian.
5.      Pospresipitasi
Pada pospresipitasi, endapan semula dikotori oleh endapan zat lain yang terbentuk kemudian. Pengotoran ini terjadi karena kontaminasi merupakan larutan lewat jenuh larutan magnesium oksalat yang lewat jenuh masih dapat dipertahankan untuk tidak mengendap dalam jangka waktu tertentu.

Langkah-langkah dalam proses analisis gravimetri
1.       Penyiapan Larutan
Tahap penyiapan larutan berhubungan dengan sifat kelarutan suatu zat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan
1.      Suhu
2.      Sifat pelarut
3.      Ion Sejenis
4.      Aktivitas Ion
5.      PH
6.      Hidrolisis
7.      Hidroksida logam
8.      Pembentukan senyawa Kompleks
2.      Pengendapan
Tahap pengendapan berlaku hokum Van Weimarn
Kecepatan pengendapan = Q-S
Kecepatan pengendapan besar→ endapan yang diperoleh halus
Kecepatan pengendapatan kecil→endapan yang diperoleh besar
Saat pengendapan yang diharapkan bentuk Kristal besar atau kecepatan pengendapatan harus kecil supaya Kristal tidak lolos melalui kertas saring atau nilai Q harus rendah dan S harus besar.
Kristal yang besar dapat terjadi bila dilakukan

1.       Pengendapan dilakukan dalam konsentrasi yang rendah/encer
2.     Penambahan pereaksi perlahan-lahan dan pengadukan yang lambat
Z
    Dimana WA = bobot analit
                  WS = Bobot sampel


3.  Perhitungan Gravimetri

        % A = berat hasil pengeringan / berat sampel x FG x 100%

Perhitungan gravimetri merupakan perluasan dari perhitungan stokiometri. Dalam prosedur gravimetri, suatu endapan ditimbang darinya nilai analit dalam sampel dihitung. Maka persentase analit A adalah :
FG (Faktor Gravimetri) = Ar atau Mr yang dicari / Mr endapan yang ditimbang. Pada umumnya, dua hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan suatu faktor gravimetri. Pertama, bobot molekul (atau bobot atom) analit berada pada pembilang, bobot zat yang ditimbang pada pembagi. Kedua, banyaknya molekul atau atom yang muncul dalam pembilang dan pembagi haruslah ekuivalen secara kimia (Taufik, 2009).

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dengan memperhatikan materi-materi yang telah dipaparkan bisa diambil beberapa kesimpulan :
Analisis gravimetric merupakan salah satu bentuk analisis kuantitatif yang dilakukan dengan proses penimbangan.
Dalam analisis Gravimetri terdapat tiga metode yang digunakan yaitu : metode pengendapan, metode penguapan, dan metode elektrolisis
Untuk metode pengandapan prinsip kerjanya yaitu senyawa yang akan dianalisis diendapkan dengan menambahkan pereaksi yang sesuai dan selanjutnya dipisahkan endapannya dengan cara ditapis.
Untuk metode Penguapan prinsipnya yaitu zat yang mudah menguap diadsorpsi dengan adsorben yang sesuai, dimana sebelumnya bisa ditambahkan pereaksi untuk membuat suatu zat menjadi lebih mudah menguap atau lebih sulit menguap.
Untuk metode Elektrolisis prinsipnya senyawa ion yang akan diendapkan dipisahkan secara elektrolisis pada elektrode-elektrode yang sesuai. Sehingga jika elektrolisisnya cermat dapat terhindar dari peristiwa kopresipitasi dan post-presipitasi.

B. SARAN
Makalah ini sifatnya hanya membantu memudahkan nagi pembaca untuk memahami teknik analisis gravimetric yang tentunya sangat terbatas baik contoh maupun penjelasannya, olehnya kami harapkan bagi para pembaca bisa menambah dari referensi lain.


DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, Syamsul., Rahmiati., Yoskasih. 2009. “Verifikasi Metoda Gravimetri untuk Penentukan Thorium”. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN. Vol.13. No. 03.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.

































Selasa, 25 November 2014

Alat Ukur



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Preaktek menggunakan alat alat ukur volume dan berat yang ada di labor tidak sama dengan praktek menggunkan alat lain. Praktek menggunakan alat alat tersebut membutuhkan ketelitian, keterampilan, dan kecermatan. Oleh karena itu di butuhkan pengenalan alat teerlebih dahulu sebelum melakukan praktek , baik itu mengetahui cara penggunaannya maupun jenis jenisnya.

B.     Rumusan masalah
1.      Pengertian alat ukur volume dan berat
2.      Jenis dan spesifikasi alat ukur volume dan berat
3.      Alat ukur yang digunakan dalam analisi kimia kuantitatif dan kualitatif
4.      Cara menggunakan alat ukur volume dan berat

C.     Tujuan penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian alat ukur volume dan berat
2.      Untuk memahami jenis dan spesifikasi alat ukur volume dan berat
3.      Untuk memahami alat mana yang digunakan dalam analisis kimia kuantitatif dan kualitatif.
4.      Untuk memngetahui, dan memahami bagaimana cara menggunakan alat ukur volume dan berat

D.    Manfaat penulisan
Menfaat penulisan ini kita dapat mengetahui apasaja jenis jenis alat ukur volume dan berat, apa kegunaannya, dan bagaimana cara menggunakannya . sehingga  akan  memudahkan kita dalam melakukan praktek dilabor, dan menghasilhan hasil yang lebih baik.
















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Prinsip dan teori alat ukur volume dan berat
Alat ukur merupakan alat yang digunakan untuk mengukur atau menimbang suatu benda, berarti alat ukur volume adalah alat ukur yang digunakan dalam mengukur ukuran volume suatu benda baik berupa cairan, tepung, dll. Sedangkan alat ukur berat adalah alat untuk menimbang berat suatu benda baik berupa cairan, padatan, dll.

B.     Jenis dan spesifikasi alat ukur volume dan berat
a.       Jenis dan spesifikasi alat ukur volume
1.      Gelas ukur
Berupa gelas tinggi dengan skala di sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca atau plastik yang tidak tahan panas. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L. Berfungsi Untuk mengukur volume larutan tidak memerlukan tingkat ketelitian yang tinggi dalam jumlah tertentu .


2.      Gelas kimia
Gelas Kimia (beaker) : berupa gelas tinggi, berdiameter besar dengan skala sepanjang dindingnya. Terbuat dari kaca borosilikat yang tahan terhadap panas hingga suhu 200 oC. Ukuran alat ini ada yang : 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml, dan 2000 ml. Fungsi ::
  1. Sebagai tempat mereaksikan bahan kimia
  2. Membuat larutan, untuk menempatkan larutan
  3.  Menampung bahan kimia berupa larutan, padatan, pasta     ataupun tepung
  4. Melarutkan bahan dan memanaskan bahan.
3.      Labu ukur
suatu bejana dengan leher panjang, sempit dan dasar yang datar. Berguna untuk membuat suatu volume larutan secara tepat. Tersedia dalam berbagai ukuran : 25ml, 50 ml, 100 ml, 250 ml, 500 ml, 1000 ml, 2000 ml.


4.      Buret

Buret merupakan tabung panjang berskala dimana bagian bawahnya terdapat kran untuk mengeluarkan larutan yang di isikan.





5.      Pipet ukut
Berguna untuk mengambil larutan dengan volume tertentu dan mempunyai ketelitian lebih tinggi dari pada gelas ukur. Pipet ukur tersedia dalam berbagai ukuan misalnya 5 ml, 10ml, dan 25 ml.


6.      Pipet gondok
Berguna untuk mengambil dan memindahkan larutan dengan volume tertentu dan mempunyai ketelitian lebih tinggi dari pada gelas ukur. Pipet gondok tersedia dalam berbagai ukuran : 1 ml, 2 ml, 5 ml, 10 ml, 25 ml, 50 ml.



7.      Elemeyer
Berupa gelas yang diameternya semakin ke atas semakin kecil dengan skala sepanjang dindingnya. Ukurannya mulai dari 10 mL sampai 2 L.
Berfungsi Untuk menyimpan dan memanaskan larutan, Menampung filtrat hasil penyaringan, Menampung titran (larutan yang dititrasi) pada proses titrasi.





b.      Jenis dan spefikasi alat ukur  berat

1.       Analytical Balance
Prinsip kerja neraca analitik
Alat penghitung satuan massa suatu benda dengan teknik digital dan tingkat ketelitian yang cukup tinggi. Prinsip kerjanya yaitu dengan penggunaan sumber tegangan listrik yaitu stavolt dan dilakukan peneraan terlebih dahulu sebelum digunakan kemudian bahan diletakkan pada neraca lalu dilihat angka yang tertera pada layar, angka itu merupakan berat dari bahan yang ditimbang.
Manfaat neraca analitik
Alat ini berfungsi untuk menimbang bahan yang akan digunakan untuk membuat media untuk bakteri, jamur atau media tanam kultur jaringan dan mikrobiologi dalam praktikum dengan tingkat ketelitian yang tinggi. Jumlah media yang tidak tepat akan berpengaruh terhadap konsentrasi zat dalam media sehingga dapat menyebabkan terjadinya kekeliruan dalam hasil praktikum

Kekurangan neraca analitik
1. Alat ini memiliki batas maksimal yaitu 1 mg atau 200 g, jika melewati batas tersebut maka ketelitian perhitungan akanberkurang
2. Tidak dapat menggunakan sumber tegangan listrik yang besar, sehingga harus menggunakan stavolt. Jika tidak, maka benang di bawah pan akan putus
3. Harga yang mahal

Kelebihan neraca analitik
1. Memiliki tingkat ketelitian yang cukup tinggi dan dapat menimbang zat atau benda sampai batas 0,0001 g atau 0,1 mg.
2. Penggunaannya tidak begitu rumit jika dibandingkan dengan timbangan manual, sehingga lebih efisien dalam hal waktu dan tenaga.

2.       Neraca Ohaus dua lengan
Nilai skala ratusan dan puluhan di geser, tapi skala satuan dan 1/100 nya di putar. Neraca ini memiliki dua lengan. Lengan depan terdapat satu anting logam yang digeser-geser dari 0, 10, 20, sampai 100g. Sedangkan lengan belakang lekukan-lekukan mulai dari 0, 100, 200,sampai 500 g. Selain dua lengan, neraca ini memiliki skala utama dan skala nonius. Skala utama 0 sampai 9 g sedangkan skala nonius 0 sampai 0,9 g.



Neraca Ohaus dua lengan terdiri dari beberapa komponen, di antaranya:
1.       Lengan depan
2.       Lengan belakang
3.       System magnetic
4.       Penggeser anak timbangan
5.       Venier
6.       Kait
7.      Skala
8.       Lekuk
9.       Wadah
10.   Alas

3.       Neraca Ohaus tiga lengan

Adalah nilai skalanya dari yang besar sampai ketelitian 0.01 g yang di geser.
Neraca ini memiliki tiga lengan, yakni sebagai berikut:
Lengan depan memiliki anting logam yang dapat digeser dengan skala 0 sampai 10gr. Di mana masing-masing terdiri 10 skala tiap skala 1 gr.jadi skala terkecil 0,1 gram
Lengan tengah, dengan anting lengan dapat digeser, tiap skala 100 gr, dengan skala dari 0,100, 200, 300, 400, 500gr.
Lengan belakang, anting lengan dapat digeser dengan tiap skala 10 gram, dari skala 0, 10, 20, sampai 100 gr.

Bagian-bagian Neraca Ohauss: 
• Tempat beban yang digunakan untuk menempatkan benda yang akan diukur.
• Tombol kalibrasi yang digunakan untuk mengkalibrasi neraca ketika neraca tidak dapat digunakan untuk mengukur.
• Lengan neraca untuk neraca 3 lengan berarti terdapat tiga lengan dan untuk neraca ohauss 4 lengan terdapat empat lengan.
• Pemberat (anting) yang diletakkan pada masing-masing lengan yang dapat digeser-geser dan sebagai penunjuk hasil pengukuran.
• Titik 0 atau garis kesetimbangan, yang digunakan untuk menentukan titik kesetimbangan.
                                                                                                    
C.    Alat ukur yang digunakan dalam analisi kimia kuantitatif dan kualitatif
a) Analisis Kimia Kualitatif
    Adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis yang bertujuan mengetahui keberadaan (bisa juga identifikasi) suatu ion,unsur, atau senyawa kimia lain baik organik maupun anorganik dalam suatu sampel yang kita analisa. contoh : misalnya kita mempunyai sampel air minum, dan diminta dicek apakah mengandung logam berat atau tidak. maka untuk mengetahuinya kita melakukan teknik analisa secara kualitatif.Berikut ini adalah beberapa alat  yang biasa digunakan untuk analisis kimia kualitatif :
1.      Tabung reaksi 
2.      Corong
3.      Elemeyer
b) Analisis Kimia Kuantitatif
Adalah suatu rangkaian pekerjaan analisis yang bertujuan untuk mengetahui jumlah suatu unsur atau senyawa dalam suatu sampel yang kita analisa. contoh : misal kita memperoleh tempe dan diminta menentukan kadar protein dalam tempe tersebut. maka untuk mengetahuinya kita lakukan analisa kuantitatif.

Dalam suatu pengerjaan Analisis Kimia tentu diperlukan suatu instrumen(peralatan) untuk menunjang keperluan analisa. menurut teknik dan instrumennya Analisis Kimia dibagi menjadi dua, yaitu Analisis konvensional(tradisional) dan Analisis instrumental(modern). Analisis Konvensional adalah suatu teknik analisa menggunakan alat-alat konvensional, misalnya pada salah satu contoh metode analisis titrimetri yang menggunakan peralatan gelas kaca. sedangkan Analisis Instrumental adalah suatu teknik analisa menggunakan peralatan canggih dan modern misalnya spektrofotometri yang menggunakan alat spektrofotometer ataupun titrimetri secara konduktometris ataupun potensiometris. Sebetulnya kurang tepat juga jika diklasifikasikan berdasarkan keberadaan instrumennya, karena ada suatu kasus analisa yang bisa menggunakan kedua cara tersebut, tapi ada juga yang dalam kasus tertentu yang dikhususkan hanya dengan satu cara saja dikarenakan tujuan analisa atau keingin-tercapainya suatu faktor (ketelitian misalnya). tetapi untuk mewakili tentang teknik dan instrumennya klasifikasi diatas pun tidak disalahkan juga karena pada intinya segala sesuatu yang berhubungan dengan analisis kembali pada tujuan kita melakukan suatu analisa. .
Dibawah ini adalah beberapa alat yang biasa digunakan pada analisa kuantitatif,atau bisa di sebut juga Alat kimia kuantitatif :
1.      Gelas ukur
2.      Pipet
3.      Neraca/timbangan
4.      Termometer
5.       Gelas Kimia

D.    Penggunaan alat ukur volume dan berat.
                                                    
1.      Labu ukur
Cara penggunaan labu ukur yaitu :
Bersihkanlah labu ukur sebelum digunakan, setelah dibersihkan dan dikeringkan. Bahan yang telah diencerkan dengan sedikit pelarut dimasukkan dengan memakai batang pengaduk melalui corong kedalam labu ini. Larutkan zat tersebut berkali kali hingga mendekati tanda batas. Dan tambah kan larutan menggunakan pipet tetes sampai mendekati tanda batas. Tutup dan kocok pelan pelan larutan yang ada di dalam labu ukur.
2.      Buret
Cara menggunakann buret:
Bersihkan dang keringkan buret. Gunakan corong untuk memindahkan larutan ke dalam buret, isi samapai tanda batas ( yang di perlukan), guunakan kran untuk mengeluarkan larutannya tetes demi tetes.

3.      Pipet ukur
Cara penggunaan pipet ukur:
Bersihkan dan keringkan pipet ukur. Pipet larutan sampai diatas tanda batas.
Teteskan sampai tanda batas yang dibutuhkan dengan menggunakan telunjuk.
Bila larutan ingin di pindahkan ketempat lain, jatuhkan larutan tersebut dengan tegak lurus.

4.      Pipet gondok
Cra penggunaan pipet gondok sama dengan penggunaan pipit ukur .

5.      Analytical Balance
Cara kerja neraca analitik
1. Disiapkan timbangan analitik dalam kondisi seimbang atau water pass (dengan mengatur sekrup pada kaki neracasehingga gelembung air di water pass tepat berada di tengah).
2. Dibersihkan ruang dalam neraca analitik dengan menggunakan kuas. Piringan neraca dapat diangkat dan seluruh timbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan etanol/alkohol.
3. Ditancapkan stop kontak pada stavolt.
4. Ditekan tombol On kemudian tunggu hingga muncul angka 0,0000 g.
5. Dimasukkan alas bahan (gelas arloji, kertas atau benda tipis) dengan membuka kaca tidak begitu lebar supaya tidakmempengaruhi perhitungan karena neraca analitik ini sangat peka.
6. Ditutup kaca neraca analitik.
7. Ditekan tombol zero supaya perhitungan lebih akurat.
8. Dimasukkan bahan yang akan ditimbang dengan membuka kaca tidak begitu lebar, begitu pun ketika akan menambahkanatau mengurangi bahan untuk menyesuaikan massa yang diinginkan.
9. Ditutup kaca.
10. Ditunggu hingga angka di layar monitor neraca analitik tidak berubah-ubah dan sesuai dengan massa yang diinginkan.
11. Diambil bahan yang telah ditimbang.
12. Ditekan tombol Off  hingga tidak ada angka di layar monitor neraca analitik.
13. Dilepas stop kontak dari stavolt.
14. Dibersihkan ruang dalam neraca analitik dengan menggunakan kuas. Piringan neraca dapat diangkat dan seluruhtimbangan dapat dibersihkan dengan menggunakan etanol/alkohol

6.      Neraca Ohaus dua lengan
Cara menggunakan neraca ohaus dua lengan sama seperti menggunakan timbangan biasa. Yang perlu diperhatikan adalah memastikan bahwa timbangan dalam posisi seimbang sebelum dilakuan pengukura massa.

7.      Neraca Ohaus tiga lengan
Cara Menggunakan Neraca Ohaus Tiga Lengan
Mengukur berat benda dengan neraca ohaus sangat mudah. Cukup lepas pengunci kemudian taruh beda dalam cawan atau wadah. Jangan lupa terlebih dahulu lakukan kalibrasi dengan cara dengan cara memutar sekrup yang berada disamping atas piringan neraca ke kiri atau ke kanan posisi dua garis pada neraca sejajar. Pastikan benar-benar sejajar agar tidak terjadi keslahan penimbangan. Setelah itu geser anting di ketiga lengannya mulai dari lengan belakang ke lengan depan. Setelah itu jumlahkan nilai dari ketiga lengan tersebut.
Gambar ilustrasi cara memakai neraca ohaus
Kita akan menimbang sebuah gantungan kunci dengan neraca ohaus dan skala yang terbaca dalam lengan-lengannya sebagai berikut
dari gambar diatas, cara membaca skala neraca ohaus :
Anting lengan depan                 = 5,8 gram
Anting lengan tengah                   = 40,0 gram
Anting lengan belakang                 = 300 gram
—————————————————– +
Jadi total berat gantungan kunci tersebut = 345,8 gram



BAB III
KESIMPULAN


Alat ukur volume dan berat merupakan alt ukur  untuk mengukur dan menimbang volume dan beras suatu benda, yang memiliki memiliki berbagai jenis alat dan kegunaannya. Alat ukur volume dan berat juga berguna dalam analisa kimia kualitatif dan kuantitatif . menggunakan alt ukur volume dan berat membutuh kan keahlian, kecermatan, dan keterampilan, dalam penggunaanya juga harus memperhatikan kebersihan alat alat.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Penelitian pratikum kimia dasar
http://oktavianipratama.wordpress.com/2012/11/13/neraca/